Search This Blog

Sunday, January 5, 2014

Bala Sutta [Sutta Mengenai Kekuatan]

बलसुत्तं
Bala Suttaṃ
"Kekuatan"


O para bhikkhu, ada empat kekuatan. Apakah yang empat itu? Kekuatan kebijaksanaan, kekuatan semangat, kekuatan kehidupan yang tak ternoda dan kekuatan kebaikan hati.

Dan apakah, O para bhikkhu, kekuatan kebijaksanaan itu? Mengenai hal-hal yang tak-bajik dan dianggap sebagai tak-bajik, mengenai hal-hal yang bajik dan dianggap sebagai bajik; yang tak tercela dan yang tercela, dan dianggap sebagai demikian; yang gelap dan terang, dan dianggap sebagai demikian; yang cocok dan tidak cocok untuk dilatih, dan dianggap sebagai demikian; yang berharga dan tidak berharga bagi para mulia, dan dianggap sebagai demikian untuk – melihat hal-hal ini dengan jelas dan untuk mempertimbangkan dengan baik, inilah yang disebut kekuatan kebijaksanaan.

Dan apakah, para bhikkhu, kekuatan semangat? Mengenai hal-hal yang tak-bajik, tercela, gelap, tidak cocok untuk dilatih, yang tidak berharga bagi para mulia, dan yang dianggap sebagai demikian untuk membangkitkan keinginan, untuk mengerahkan usaha dan menggugah semangat seseorang untuk meninggalkan hal-hal ini; dan mengenai hal-hal yang bajik, tak tercela, terang, cocok untuk dilatih, berharga bagi para mulia, dan yang dianggap sebagai demikian untuk membangkitkan keinginan, untuk mengerahkan usaha dan menggugah energi seseorang dalam mencapai semua hal-hal ini. Inilah yang disebut kekuatan semangat.

Dan apakah, para bhikkhu, kekuatan kehidupan yang tak-ternoda? Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia tak ternoda dalam perbuatannya, tak ternoda dalam ucapannya, tak ternoda dalam pikirannya. Inilah yang disebut kekuatan kehidupan yang tak ternoda.

Dan apakah, para bhikkhu, kekuatan kebaikan hati?
terdapat empat hal dari pada mengekspresikan welas kasih [benevolence]:
dengan pemberian, berbagi [ dānaṃ ]
dengan ucapan yang enak didengar, tulus dan bersahabat [ peyyavajjaṃ ]
dengan perbuatan yang bermanfaat, yang sesuai dan positif bagi yang lain [ atthacariyā ]
dengan menjunjung kesetaraan, gotong royong, tepa seliro, turut berpartisipasi didalam kegiatan positif [ samānattatā ]

“कतमञ्‍च , भिक्खवे, सङ्गाहबलं?
चत्तारिमानि, भिक्खवे, सङ्गहवत्थूनि –
दानं, पेय्यवज्‍जं, अत्थचरिया, समानत्तता।”
“Katamañca , bhikkhave, saṅgāhabalaṃ?
Cattārimāni, bhikkhave, saṅgahavatthūni –
dānaṃ, peyyavajjaṃ, atthacariyā, samānattatā.”

Inilah hadiah yang terbaik: hadiah Dhamma. Dan inilah ucapan bersahabat yang terbaik: mengajarkan Dhamma terus-menerus kepada mereka yang ingin mendengarkan dan yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Dan inilah tindakan membantu yang terbaik: untuk membangkitkan, menjaga dan memperkuat keyakinan pada mereka yang tidak memiliki keyakinan; untuk membangkitkan, menjaga dan memperkuat keluhuran perbuatan [sila] pada mereka yang tidak berbudi luhur; untuk membangkitkan, menjaga dan memperkuat kedermawanan pada mereka yang kikir; untuk membangkitkan, menjaga dan memperkuat kebijaksanaan bagi mereka yang bodoh. Dan inilah pemberian kesetaraan yang terbaik: jika seorang Pemasuk-Arus menjadi setara dengan Pemasuk-Arus; jika Yang-Kembali-Sekali-Lagi setara dengan Yang-Kembali-Sekali-Lagi; jika seorang Yang-Tidak-Kembali-Lagi setara dengan Yang-Tidak-Kembali-Lagi; dan seorang Arahat setara dengan Arahat. Inilah, para bhikkhu, yang disebut kekuatan kebaikan hati.

Demikianlah akhir dari empat kekuatan.

Sekarang, para bhikkhu, seorang siswa mulia yang memiliki empat kekuatan ini telah meninggalkan lima ketakutan: ketakutan akan kehidupannya, ketakutan akan nama buruk, ketakutan akan merasa malu di depan umum, ketakutan akan kematian dan ketakutan akan nasib masa depan yang tidak bahagia.

Seorang siswa mulia yang memiliki empat kekuatan ini akan berpikir: “Aku tidak memiliki ketakutan akan kehidupanku. Mengapa aku harus memiliki ketakutan akan hal itu? Bukankah aku memiliki empat kekuatan kebijaksanaan, semangat, kehidupan tak ternoda dan kebaikan hati? Hanya orang yang dungu dan malas, yang memiliki noda dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran, serta yang tidak memiliki kebaikan hati orang seperti itulah yang mungkin memiliki ketakutan akan kehidupannya.

“Aku tidak memiliki ketakutan akan nama buruk atau merasa malu di depan umum, tidak pula ketakutan akan kematian dan akan nasib masa depan yang tidak bahagia. Mengapa aku harus memiliki ketakutan-ketakutan ini? Bukankah aku memiliki empat kekuatan kebijaksanaan, semangat, kehidupan tak ternoda dan kebaikan hati? Hanya seorang yang dungu dan malas, yang memiliki noda dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran, serta yang tidak memiliki kebaikan hati – orang seperti inilah yang mungkin memiliki semua ketakutan ini.”

Demikianlah semua ini harus dipahami, para bhikkhu, bahwa seorang siswa mulia yang memiliki empat kekuatan ini telah meninggalkan lima ketakutan.



Tipitaka source 【經源】
तिपिटक (मूल) - सुत्तपिटक - अङ्गुत्तरनिकाय - नवकनिपात - सम्बोधिवग्गो - ५. बलसुत्तं
Tipiṭaka (Mūla) - Suttapiṭaka - Aṅguttaranikāya - Navakanipāta - Sambodhivaggo - 5. Balasuttaṃ


Pali Script
English Translation.

No comments:

Post a Comment